Ketegangan Memuncak di Laut Cina Selatan, Kapal Perang AS dan Tiongkok Saling Bayangi

Laut Cina Selatan — Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok di wilayah Laut Cina Selatan kembali meningkat tajam setelah kapal perang dari kedua negara dikabarkan saling membayangi dalam jarak dekat di perairan sengketa dekat Kepulauan Spratly, Jumat (11/7).

Menurut laporan dari Departemen Pertahanan AS, kapal perusak USS Higgins dan kapal fregat Tiongkok Type 054A terlibat dalam “interaksi tak profesional” yang hampir menyebabkan insiden tabrakan pada jarak kurang dari 150 meter. Kedua kapal tersebut dikabarkan sama-sama melakukan manuver mendadak dan mengaktifkan sistem senjata pertahanan jarak dekat sebagai peringatan.

AS Tuding Tiongkok Lakukan Agresi Maritim

Pentagon menyebut tindakan Tiongkok “provokatif dan membahayakan stabilitas kawasan”. Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengatakan bahwa pihaknya akan “terus mempertahankan kebebasan navigasi di wilayah internasional” dan menyerukan Tiongkok untuk menghormati hukum laut internasional.

“Laut Cina Selatan bukan milik satu negara saja,” tegasnya.

Tiongkok Balas Tuduhan: AS Melanggar Kedaulatan

Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Tiongkok menuduh Amerika Serikat sebagai pihak yang memprovokasi dengan masuk ke wilayah laut yang diklaim Beijing tanpa izin. Tiongkok menyatakan bahwa kapal AS telah memasuki “wilayah yurisdiksi internal” mereka dan menyebut langkah balasan sebagai bentuk “pertahanan sah”.

“Setiap tindakan provokasi akan direspons secara tegas,” ujar juru bicara militer Tiongkok dalam konferensi pers di Beijing.

Negara ASEAN Serukan Deeskalasi

Beberapa negara Asia Tenggara seperti Filipina, Malaysia, dan Vietnam menyerukan penurunan ketegangan secara diplomatik dan mendorong kedua negara adidaya tersebut untuk menghindari benturan langsung di kawasan yang menjadi jalur pelayaran strategis dunia.

ASEAN mengadakan rapat darurat melalui forum virtual untuk membahas insiden tersebut dan menyusun kerangka komunikasi darurat yang bisa mencegah insiden lebih besar.

Ancaman Konflik Terbuka?

Analis keamanan menyebut situasi di Laut Cina Selatan tahun ini sebagai yang paling genting sejak 2020. Meski belum ada konfrontasi bersenjata, interaksi militer yang makin intensif dikhawatirkan dapat memicu insiden tak terduga yang berujung pada konflik terbuka, terutama jelang latihan militer gabungan AS-Filipina yang akan digelar akhir Juli.