Tepat di samping megahnya Gunung Bromo yang aktif dan dramatis, berdiri Gunung Batok—sebuah gunung kerucut hijau yang diam dan tenang, namun mencuri perhatian dengan keindahannya yang khas. Berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Gunung Batok memiliki ketinggian sekitar 2.470 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung berapi tidak aktif yang terbentuk dari letusan purba ratusan tahun silam.
Meskipun namanya kurang setenar Bromo atau Semeru, Gunung Batok justru memberikan kontras yang indah dan menjadi salah satu ikon visual paling memukau di kaldera Tengger.
Asal Usul Nama dan Bentuk Gunung Batok
Nama “Batok” berasal dari bahasa Jawa yang berarti tempurung kelapa, mengacu pada bentuk gunung ini yang menyerupai tempurung raksasa—bulat, tinggi, dan memiliki alur-alur lereng yang terukir alami. Tidak seperti Bromo yang kawahnya aktif, Batok tampak hijau dengan vegetasi lebat di sekujur tubuhnya, menambah kesan damai dan sejuk di tengah lanskap pasir dan lahar beku.
Menurut legenda masyarakat Tengger, Gunung Batok terbentuk dari tempurung kelapa yang ditendang oleh Roro Anteng, tokoh mitos dalam kisah asal-usul Bromo-Tengger. Kisah ini menambah dimensi spiritual dan budaya dalam pesona Batok.
Gunung Tak Aktif yang Bisa Didaki
Gunung Batok memang tidak seaktif tetangganya, tetapi masih bisa dijelajahi oleh para pendaki dan wisatawan. Pendakian ke puncak Batok relatif singkat dan bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1–2 jam dari kaki gunung, dengan jalur tanah berundak dan vegetasi pepohonan kecil serta rumput savana.
Pemandangan dari atas Batok sangat menakjubkan. Anda bisa menyaksikan:
-
Kawah Gunung Bromo yang mengepul.
-
Lautan pasir Tengger (Segara Wedi).
-
Desa Ngadisari dan Cemoro Lawang dari ketinggian.
-
Pegunungan lain di sekeliling kaldera, termasuk Semeru di kejauhan.
Karena tidak banyak dikunjungi, mendaki Gunung Batok memberikan pengalaman lebih sunyi dan pribadi, cocok untuk pencinta ketenangan dan keindahan alam yang tersembunyi.
Kontras Indah dalam Kaldera Tengger
Gunung Batok menjadi bagian dari kaldera Tengger yang megah, bersama Gunung Bromo dan lautan pasir yang mengelilinginya. Warna hijau Gunung Batok memberikan kontras yang memukau terhadap warna coklat keabu-abuan Bromo dan Semeru. Dalam lanskap yang kering dan terbuka, kehijauan Batok tampil mencolok, menyegarkan pandangan dan menyeimbangkan energi alam yang ada.
Inilah sebabnya, foto-foto dari kawasan Bromo hampir selalu menampilkan Gunung Batok sebagai elemen visual penting yang memperkuat keindahan komposisi.
Akses dan Wisata Sekitar
Untuk mengunjungi Gunung Batok, wisatawan bisa mengaksesnya dari Desa Cemoro Lawang (Probolinggo) atau Tosari (Pasuruan). Lokasinya sangat dekat dengan jalur utama wisata Gunung Bromo, sehingga mudah dijangkau.
Selain mendaki Batok, wisatawan juga bisa:
-
Menyaksikan matahari terbit dari Bukit Penanjakan.
-
Menjelajah Lautan Pasir Tengger dengan jeep atau kuda.
-
Mengunjungi Pura Luhur Poten, pura suci umat Hindu Tengger yang berada di kaki Gunung Batok.
Tips Menikmati Gunung Batok
-
Datang saat pagi hari untuk cuaca yang lebih cerah dan suasana lebih tenang.
-
Gunakan sepatu trekking, karena medan bisa licin dan berbatu.
-
Bawa air dan masker, karena debu dari lautan pasir bisa cukup mengganggu.
-
Hormati kawasan suci dan adat lokal, terutama saat berada di sekitar Pura Poten.
Kesimpulan:
Gunung Batok mungkin bukan yang tertinggi atau paling aktif, tapi ia adalah gunung yang menenangkan, menawarkan keindahan hijau dan kedamaian di tengah kawasan vulkanik yang penuh energi. Ia adalah penjaga sunyi Bromo, sekaligus pelengkap lanskap yang menciptakan harmoni alam nan luar biasa. Bagi siapa saja yang ingin menikmati sisi lain dari kawasan Bromo-Tengger-Semeru, mendaki Gunung Batok adalah perjalanan pendek yang sarat makna dan keindahan.